A.Konsep Belajar
Menurut Skinner belajar (1985) adalah suatu bentuk
penyesuaian diri dalam berprilaku yang bersifat progresif.
Menurut Thorndike belajar (1911) adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan.
Menurut Pavlov belajar adalah latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya, dan ia menganggap segala sesuatu berasal dari proses belajar/pengkondisian
Menurut Pavlov belajar adalah latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya, dan ia menganggap segala sesuatu berasal dari proses belajar/pengkondisian
Menurut Morgan belajar (1984) adalah perubahan perilaku yang
relatif tetap sebagai akibat belajar karena latihan atau karena
pengalaman
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sebuah perubahan perilaku atau kemampuan organisme yang relatif menetap
, dilakukan dengan cara latihan yang berulang-ulang.
A. Teori – Teori
Belajar
a)
Kondisioning Klasik
Teori ini dikembangkan oleh Pavlov , suatu jenis pembelajaran yang
melibatkan asosiasi antara stimulus dalam lingkungan dan respons organisme ,
proses dimana stimulus yang semula netral memperoleh kemampuan untuk
menghasilkan sebuah respons melalui asosiasi dengan stimulus yang telah menghasilkan
respons yang berhubungan. Stimulus netral adalah stimulus yang tidak memberikan
respon/pengaruh apa-apa. Stimulus tidak terkondisi (UCS) adalah stimulus yang
menghasilkan respon refleks tanpa pembelajaran. Stimulus terkondisi (CS) adalah
stimulus netral yang telah dikondisikan dengan stimulus tidak terkondisi
sehingga memiliki kemampuan menghasilkan respon refleks. Respon terkondisi (CR)
adalah respon yang terjadi akibat stimulus terkondisi. Respon tak terkondisi
adalah respon refleks.
Akuisisi adalah kondisi ketika stimulus terkondisi (CS) dipasangkan
dengan stimulus tidak terkondisi (UCS). Extinction adalah melemahnya
atau menghilangnya respon yang telah dipelajari, terjadi karena stimulus
terkondisi (CS) tidak lagi dihadirkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Spontaneous
Recovery adalah kembalinya respon yang telah dipelajari setelah mengalami extinction.
Higher-Order Conditioning adalah stimulus netral menjadi stimulus
terkondisi dengan dipasangkan stimulus terkondisi lain yang dapat memberikan
respon (telah diasosiasikan dengan stimulus tak terkondisi). Generalisasi
adalah kecenderungan memperlakukan respon yang sama terhadap stimulus lain yang
berbeda. Diskriminasi adalah kecenderungan berespons dengan cara berbeda pada
stimulus yang serupa.
b)
Kondisioning Operant
Thorndike’s Law of Effect yaitu sebuah keadaan dimana
organisme telah mendapat pengkondisian untuk memberikan respon dari stimulus
akibat adanya konsekuensi namun respon itu hilang akibat konsekuensinya hilang.
Operant Conditioning adalah sebuah pembelajaran prilaku yang
dipengaruhi oleh konsekuensi yang mengikutinya, semakin mungkin terjadi atau
semakin jarang terjadi , tergantung pada konsekuensi yang akan diterima subjek.
Tokoh lain yang mendalaminya adalah Skinner. Antecedent adalah penyebab
prilaku.
Reinforcement adalah tindakan untuk memperkuat respon/prilaku.
Reinforcement posotif adalah prosedur memperkuat dengan cara
meningkatkan stimulus yang memperkuat perilaku. Reinforcement negatif
adalah prosedur memperkuat perilaku dengan menghilangkan stimulus yang tidak
menyenangkan. Reinforcement primer adalah stimulus yang secara alami
memperkuat respon/prilaku. Reinforcement sekunder adalah stimulus yang
melalui kemampuan memperkuat perilaku melalui asosiasi dengan reinforcement lain.
Punishment adalah tindakan untuk
memperlemah respon. Extinction terjadi apabila tidak ada reward
(reinforcement)
c)
Observational Learning
Observational Learning adalah sebuah pembelajaran dengan cara
mengamati perilaku model. Bandura dalam Social-Cognitive Theory mengataan
bahwa orang-orang akan belajar melalui pengamatan terhadap prilaku model dan
berkeyakinan bahwa mereka dapat menghasilkan prilaku yang mempengaruhi
kejadian-kejadian dalam hidup mereka. Ada empat langkah yang dikemukakan
Bandura dalam melakukan Observational Learning : (1) Attention,
melakukan pengamatan kepada prilaku model (2) Retention, memasukan
informasi yang diperoleh ke dalam memori sehingga kita dapat recalling
ketika membutuhkannya (3) Reproduction, secara fisik kita harus mampu
melakukan kembali apa yang model lakukan atau hal semacamnya (4) Motivation,
kita termotivasi untuk menunjukan perilaku yang kita amati tersebut.
Self-efficacy
adalah
keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah
dengan efektif